Beranda | Artikel
Menatap Ramadhan
Rabu, 12 April 2017

Bismillah.

Bulan Rajab sekarang. Bulan depan Sya’ban, setelah itu Ramadhan. Seolah tidak sabar menanti harumnya Ramadhan menghampiri. Semerbak ketaatan dan lezatnya amal menjadi menu harian insan-insan beriman, terlebih lagi di musim penuh berkah itu… Maka itu adalah suasana yang begitu dirindukan oleh para hamba yang telah sekian lama hanyut dan larut dalam dosa.

Ramadhan bukan sekedar untuk dirindukan. Akan tetapi Ramadhan menuntut kita untuk bersiap dengan bekal ilmu dan keimanan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan dalam keadaan penuh keimanan dan mencari pahala niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Seorang muslim menyadari bahwa puasa Ramadhan adalah bagian dari rukun dan pilar keislamannya. Puasa Ramadhan bukan ibadah sembarangan. Puasa Ramadhan adalah amal yang sangat utama dan ibadah yang begitu mulia. Karena dengan puasa kaum beriman akan bisa mencapai tingkatan takwa. Allah berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan kepada kalian puasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (al-Baqarah : 183)

Takwa kepada Allah tidak bisa terwujud kecuali dengan tunduk kepada-Nya dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Inilah bagian dari jati diri seorang muslim. Sebab Islam adalah kepasrahan kepada Allah dengan bertauhid, tunduk kepada-Nya dengan penuh ketaatan, dan berlepas diri dari syirik dan pelakunya. Seorang muslim tunduk kepada aturan dan ketetapan Allah dan rasul-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah pantas bagi seorang lelaki beriman atau perempuan beriman, apabila Allah dan Rasul-Nya menetapkan suatu perkara kemudian ada bagi mereka pilihan lain dalam urusan mereka. Barangsiapa durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang amat nyata.” (al-Ahzab : 36)

Puasa Ramadhan menempa jiwa setiap muslim untuk patuh kepada Allah dan lebih mengutamakan perintah Allah di atas keinginan hawa nafsu dan perasaannya. Dia rela menahan diri dari makan dan minum serta pembatal-pembatal puasa demi mencari keridhaan Allah dan pahala dari-Nya. Dia menyadari bahwa Allah menetapkan syari’at puasa ini demi kebaikan dan kebahagiaan dirinya. Allah tidak menghendaki hamba-Nya celaka dan binasa. Allah menghendaki bagi kalian kemudahan, dan tidak menghendaki kesulitan.

Oleh sebab itu semestinya Ramadhan disambut dengan penuh suka cita. Karena datangnya Ramadhan adalah kesempatan untuk kembali memperkuat hubungan hamba dengan Rabbnya. Kesempatan untuk kembali mempererat jalinan antara manusia dengan al-Qur’an. Kesempatan untuk kembali memperkokoh pohon keimanan dan menabur benih-benih ketaatan.

Satu hal yang harus kita ingat kembali, bahwa umur kita tidak kita ketahui. Oleh sebab itu apakah Ramadhan tahun ini bisa kita temui?! Itu adalah rahasia Allah. Apakah anda harus menunggu Ramadhan untuk kembali taat?! Apakah harus menunggu Ramadhan untuk kembali sholat?! Apakah harus menunggu Ramadhan untuk kembali membaca al-Qur’an?! Apakah harus menunggu Ramadhan untuk taubat?! Apakah anda harus menunggu Ramadhan untuk menimba ilmu dan kebaikan?! Apakah anda harus menunggu Ramadhan untuk bersedekah?! Maut adalah rahasia ilahi, agar anda senantiasa bersemangat dalam beramal dan segera bertaubat…


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/menatap-ramadhan/